SEPAKBOLA YES, POLITIK NO
By : RIFKI RIZA FIRNANDO
Miris,
negeri ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, baru beberapa puluh tahun yang lalu Rakyat di negara ini memilih
Republik Indonesia menjadi nama nya. Memilih presiden melalui drama
rengasdengklok yang sangat terkenal. Bangsa ini berkembang, dari zaman
pemerintahan terpimpin sampai harus melalui tahun kelam peristiwa reformasi
1998 yang memang banyak meninggalkan kisah pilu sejarah bangsa dan masih belum
terungkap hal-hal sebenarnya yang memang menjadi harapan seluruh masyarakat dan
pada akhirnya masuk ke-era demokrasi terpimpin. Politik dan politik lah yang
menjadi fokus kita disini. Bangsa akan menjadi besar dan berperekonomian baik
jika sistem perpolitikan suatu negara telah memiliki sistem dan pelaksanaan
yang baik dari para aparatur negara , kemudian menghasilkan iklim perpolitikan
yang baik pula. Adanya ketulusan, tidak mementingkan kepentingan kelompok dan
bisa mengatur pelaksanaan subsektor yang bertujuan pembangunan ekonomi tidak
lah cukup untuk menjadi bangsa yang besar secara ekonomi. Tetapi bangsa ini
butuh orang yang sekedar besar, tetapi yang bersih, kompeten, punya keberanian
dan harus bisa menggerakkan.
Sudah
lama bangsa ini merindukan suatu gelar di dalam sepakbola. Bahkan selama pasca
kemerdekaan belum satu kali pun turun di pergelaraan sepakbola akbar, piala
dunia. Perjalanan tim nasional yang dipilih dari putra-putra terbaik bangsa,
belum mampu melakukan itu. masalah nya bukan di bakat. Belakangan, Bukan karena
hanya bakat, tetapi lebih dari itu. Periode 1970-an masih banyak orang
berpikiran bahwa seorang atlet yang besar hanya didapat dari bakat dan kerja
keras. Tapi setelah periode itu, sepakbola bukan lah tentang bakat saja. Di
eropa, sedikit bakat dan disiplin ilmu teknis lah menjadikan mereka bisa
membuat bermacam-macam kelas masyarakat di indonesia bisa dan sanggup bergadang
dan mengantuk keesokan harinya demi menyaksikan apa yang kita sebut sebuah
pencapain era industri sepakbola. Sepakbola bukan lagi sekedar olahraga, tetapi
lebih bernilai ekonomi dengan masuk nya pelaku industri. Setiap pemain disana,
dari hal kecil pun, ada sponsor. Saya tidak mengatakan di indonesia belum
seperti itu, hal itu terjadi tetapi hanya beberapa pemain dan belum adanya daya
tarik sepakbola indonesia bagi investor asing masuk ke industri sepakbola
nasional. Sudah lah, jangan beralasan bahwa kita memang terlambat memulai,
lihat thailand, tahun 2013 mereka sudah memiliki 2 wakil di Liga Campions Asia,
bahkan salah satu nya yaitu Buriram FC menembus perdelapan final. Sebuah
pencapaian yang tidak bisa di anggap remeh. Pencapaian itu di dapat karena
profesionalisme penyelenggara sepakbola thailand dan akibat membaik nya iklim
sepakbola tanpa adanya campur tangan politik pencitraan yang dilakukan seperti
di negeri ini. Apa yang di capai oleh
thailand merupakan sinyal bagi sepakbola kita. Fakta memang, walau Kompetisi
Liga Primer inggris adalah Liga terbaik di dunia, belum mampu membuat inggris
menguasai Sepakbola Dunia. Dan tak bisa di pungkiri bahwa walaupun china begitu
hebat bersama jumlah penduduk nya, juga belum mampu superior menjadi kekuatan
sepakbola. Sudah lah, bangsa ini harus jadi bangsa optimis, tanam kan pada
diri, kita bisa, kita mampu, menang atau kalah itu urusan belakangan, bermain
baik, tanpa pengaruh ‘’invisible hand’’, bermain seperti layaknya anak kecil,
penuh semangat, kerja keras, tulus dan paling penting adalah bahwa pemain
bermain bukan membawa Nama di punggung, tetapi bermain untuk bangsa indonesia
dan lambang garuda di dada.
Jika potensi penonton indonesia yang luar biasa ini berbanding lurus dengan
profesionalisme pengurus sepakbolanya, maka indonesia juara dunia 4 kali
beruntun,’’johan cruyff
Sesungguhnya
bukan sumber daya manusia, bukan juga kemampuan intelektual pengurus sepakbola
negeri ini yang membuat kita begitu-begitu saja, nyaris tanpa perkembangan .
tapi masuk nya politik pencitraan dan
memaksa sepakbola menjadi alat kampanye dan penarik simpati masyarakat
menjelang pemilihan kepala daerah, caleg bahkan pemilu presiden. Bukan tanpa
alasan, para politikus tau bahwa menguasai sepakbola di suatu negara, maka
mereka telah menguasai setengah potensi suara Rakyat .Setiap ada kepala daerah
ingin eksis,mereka membeli sepakbola. Jangan heran tiba-tiba saja klub bola antah berantah dibeli kemudian
dijadikan klub besar kemudian pindah basis kota nya bersama pemain-pemain
bintang, jangan heran tiba-tiba klub yang besar dan baru beberapa tahun yang
lalu juara, sudah menumpuk utang gaji karena di tinggal kan politikus karena mereka sudah mendapatkan jabatan yang di
incar. Jangan heran , kalau tiba-tiba ada pemain titipan dari masing-masing
klub terhadap pemanggilan tim nasional menjelang kejuaraan agar sepulang dari
kejuaraan pemain tersebut memiliki label “timnas” sehingga punya daya tarik
terhadap jumlah penonton di kandang.
Bangsa
ini bukan tanpa prestasi di sepakbola asia tenggara bahkan asia. Banyak gelar
yang dipersembahkan oleh garuda muda level usia. Juara,runner up, juara,
peringkat 3, juara, hal ini sudah biasa. Yang menjadi masalah bukan level usia
muda, tetapi level senior yang memang terbentuk dari kompetisi yang tidak
profesional. Suap, pengaturan skor, dan skandal perjudian yang ironisnya
dilakukan induk sepakbola nasional yaitu PSSI memang kita tidak boleh menuduh
tanpa bukti yang jelas, susah memang, mengungkap suatu kebusukan yang dimainkan
oleh penguasa sepakbola itu sendiri. kita tentu sudah muak dengan apa yang
terjadi, setiap prestasi tim nasional indonesia, selalu di politisasi
seolah-seolah ‘’mereka’’ lah yang berjasa, apabila kalah, maka pelatih lah yang
disalahkan. Saya masih ingat saat indonesia di kejuaraan piala AFF 2010
(kejuaraan level asia tenggara) menembus final, tiba-tiba seluruh pemain dan Official di udang ke rumah kediaman ketua partai
golkar, aburizal bakrie. Kita ketahui memang golkar lah yang menguasai
sepakbola nasional. Hanya beberapa klub saja yang tanpa campur tangan golkar.
Tetapi apa hubungan kunjungan dan abu rizal bakrie terhadap sepakbola, nyaris
tidak ada. Jelas pemilihan presiden lah hasil akhir yang menjadi fokus
pencitraan golkar. Bahkan pelatih timnas saat itu, afred riedel pun heran dan
menolak undangan tersebut dan mengatakan bahwa hal ini tidak pernah terjadi di
negaranya,austria. Satu hari sebelumnya pak susilo bambang yudhoyono selaku
presiden republik indonesia, bersorak merayakan kemenangan indonesia atas
filipina secara langsung dan tiba-tiba menyumbang kan uang secara langsung
melalui staff nya kepada timnas indonesia. Ada kejadian menarik lain sebelum
laga indonesia vs arab saudi, tahun 2007. Ada aturan bahwa kepala negara dan
wakil negara tidak boleh secara bersamaan menghadiri suatu jamuan atau
kunjungan . banyak yang berpendapat, persilisihan antara pak SBY dan pak jusuf
kalla saat itu di awali oleh plin-plan nya pak SBY memberikan kepastian
kehadiran menyaksikan laga malam itu. Pak SBY sebelumnya memang telah
menyatakan bahwa tidak bisa menghadiri laga tersebut, dan tentu pak jusuf kalla
sudah siap menggantikan. Tetapi beberapa jam sebelum di mulai pertandingan, pak
SBY menyatakan ia akan menyaksikan pertandingan. Perselisihan kepala negara dan
wakil kepala negara memanas.
Setelah itu, kita tentu masih sangat ingat,tahun 2011 demokrat
sebagai partai penguasa saat itu mengeluarkan kebijakan dan aturan bahwa
anggaran belanja daerah tidak dapat digunakan untuk pendanaan klub dikompetisi
sepakbola nasional, tentu hal ini membuat golkar panik. Selama ini dana-dana
itulah menjadi pemasukan dan di duga terjadi penyelewangan-penyelewangan. Sebenar
nya kepengurusan sepakbola ini juga diisi sejumlah politisi dari partai Golkar,
partai Demokrat, dan PDI. Namun tak sebanyak partai golkar. Bahkan publik awam
mengidentifikasikan bahwa pertarungan ini sebenarnyaa pertarungan antarparpol
untuk kepentingan pemilu 2014. Ada juga yang bersemangat menyebut ini
pertarungan antara bakrie dengan arifin ponigoro (mantan rekan bisnis yang
belakangan berselisih).
Kemudian
ada indikasi partai penguasa demokrat panik dan berang, demokrat ingin mengambil alih
pengelolaan sepakbola nasional karena sadar ada potensi merebut simpati rakyat
melalui sepakbola terhadap pemilu 2014 dan banyak perputaran uang terjadi di
sana dan sudah 8 tahun kebelakang dikuasai mayoritas golkar. Bayangkan saja, 1
pertandingan sepakbola nasional yang melibatkan klub-klub dan Negara bisa
menghabiskan jatah Rating pertelevisian hampir setengah dari sebuah sinetron
yang striping beribu-ribu episode. Demokrat dibantu arifin poniegoro (pengusaha
dan pemilik perusahaan MEDCO) membentuk kelompok untuk menggulingkan rezim yang
dikuasai nurdin halid. Memang banyak kalangan mendukung langkah ini. Banyak
program-program baru yang di tawarkan. Masyarakat tentu berharap semoga langkah
ini membawa perubahan berarti menjadikan sepakbola indonesia lebih maju. Hampir
8 bulan , akhirnya nurdin halid mundur.
Karena
rasa muak masyarakat terhadap rezim lama, Demokrat dan arifin ponigoro tiba-tiba menjadi pahlawan
kesiangan, bahkan drama berlanjut. Demokrat mencoba menyetir dan menggiring
masyarakat. Demokrat dan arifin merasa menang, tetapi alih-alih ingin berkuasa melalui sepakbola,
timbul perpecahan nasional,kompetisi tebagi dua, klub-klub mantan ISL berjumlah
18 klub tetap bertahan di kompetisi ISL. Padahal IPL lah yang dianggap legal di
mata PSSI. Hal ini terjadi karena CEO dan ketua umum klub adalah kader dan
kroni-kroni partai golkar. Barang tentu, para pemimpin masing-masing klub ISL tidak
mau berkhianat pada partai nya dan yakin bahwa ISL lah yang memiliki legalitas.
Kompetisi ISL adalah kompetisi yang di ikuti pemain-pemain berkualitas dan
sudah menjadi langganan timnas indonesia.
Dualisme
kompetisi berlarut-larut yang membuat pemain yang yang dalam hal ini dirugikan
kebingungan. Banyak pemain yang dipanggil untuk kejuaraan piala AFF 2012
malaysia, tetapi seperti terkepung dan terkotak-terkotak akibat dualisme
kompetisi (ISL DAN IPL). Pemain ragu, pemain bimbang, pemain di ancam, pemain
tidak datang pemusatan pra piala AFF 2012 malaysia. Pemain-pemain terbaik tidak
dapat datang. Kecuali aksi heroik bambang pamungkas dan elie aiboy bersama
keberanian dan jiwa besar memaksa datang ke pemusatan bergabung bersama
pemain-pemain muka baru di pemusatan. pemain tidak maksimal. Akhirnya kita kalah, kita pulang tanpa gelar,
bahkan kita hampir kalah melawan negara laos, sebelum gol telat vendry mofu
yang membuat skor menjadi 2-2.
Adanya
wacana hadirnya sebuah kompetisi baru yang mengelontorkan dana-dana hingga
milyaran rupiah kepada masing-masing team peserta kompetisi, menimbulkan minat
tersendiri bagi para individu dan kelompok diberbagai daerah. Air liur penggiat
proyek team sepakbola baru menetes, klub-klub baru menjamur, mereka hanya
berharap kucuran dana dan lupa bahwa tujuan utama kompetisi adalah menjadikan
klub profesional menuju iklim kompetisi industri sepakbola. Selalu saja ada
orang-orang seperti ini mengharapkan kucuran dana, memakai jasa dari para-para
penguasa sepakbola agar meloloskan mereka. Ada suap, Ada uang gratifikasi,
pencucian uang bahkan mafia judi.
Demokrat
dan arifin poniegoro tak berdaya,mereka mengembalikan seluruh pengurus lama dan
tanpa ampun hal ini dimanfaatkan golkar untuk mengeluarkan pengurus baru yang
bukan kroni-kroni nya. Akhirnya golkar melalui Lanyala Mataliti, yang merupakan
Ketua Kadin Bulog Jatim dan merupakan Ketua Pemuda Pancasila Jatim (organisasi
kepemudaan golkar) menjadi kepanjangan tangan dari Aburizal Bakrie. Kembali
menguasai sepakbola nasional. Masalah-masalah klasik tetap lah masih menjadi
rahasia umum, bagaimana klub-klub yang ketua umum nya bukan orang golkar, di
zolimi melalui regulasi-regulasi baru bahkan terkesan mengada-ngada agar
membuat klub tunduk bahkan tersinggir. Jangan heran, ada upaya pemenangan
klub-klub dikandang sendiri agar tetap bisa membuat penonton datang pada
pertandingan selanjutnya. Jangan heran, perjudian dan pengaturan skor yang
dilakukan situs mafia judi 9naga.com milik nirwan bakrie yang merupakan adik
aburizal bakrie. Setiap pertandingan selalu ditentukan bandar-bandar judi
indonesia, singapur, malaysia dan china. Potensi-potensi seperti inilah yang
membuat partai lain iri. Saya tidak mengatakan golkar partai kurang baik dan
partai lain baik. saya yakin hal ini akan terjadi jika partai lain tersebut yang menguasai sepakbola. Bahkan ada
kabar, juara liga di setiap kompetisi ditentukan berdasarkan setoran klub
sebelum penyelenggaraan suatu kompetisi liga domestik. Jangan heran, sriwijaya
FC juara sebelum alex noerdin jadi gubernur, jangan heran psps pekanbaru
berjaya era 2000-an saat herman abdullah yang merupakan kader golkar menjabat
walikota pekanbaru, jangan heran mitra kukar belakangan naik daun berkat kerja
keras isran noor kader demokrat agar eksis diantara mayoritas golkar, jangan
heran timnas U-19 terkesan ‘’kerja paksa’’ melakukan pertandingan melawan klub
lokal semarang dengan alasan kontrak 16 M kepada stasiun televisi nasional
yang 1 hari sebelumnya pulau jawa
dilanda erupsi gunung kelud, jangan heran tiba-tiba gubernur sulawesi selatan
merasa berjasa atas ilham udin, jangan heran tiba-tiba indra syafri di dekati
partai lain untuk di setir terhadap pesta demokrasi bangsa ini. Jangan heran waktu pertandingan akan dimulai,
didalam tiket masuk stadion, selalu ada wajah-wajah tersenyum melihat kita dan
sambil menawarkan janji-janji nya. Jangan heran, aksi pemain yang memukul
wasit, pemain menendang pemain, suporter lempar suporter, suporter keroyok
pemain,tetap terjadi, sanksi urung diberi, karena penguasa sepakbola tak mau
simpati basis klub dan suara rakyat menjelang PEMILU 2014 lari. Jangan heran,
partai PKS mengirim garuda keadilan u-13
tiba-tiba muncul dan dikirim mewakili indonesia di kompetisi internasional gothia
cup di swedia 2013. Kita tentu masih ingat bagaimana tahun 2011 saat sriwijaya
juara kompetisi liga ISL, saat partai terakhir, firman utina usai mencetak gol
dipaksa memegang bendera partai golkar dan memperlihatkan ke kamera guna
melengkapi aksi selebrasi gol nya. Tapi saat itu ia dan kawan-kawan menolak. Akhirnya ia di depak bersama anggota
yang lain bahkan kabarnya gaji nya tidak dibayarkan. Miris memang.
Kita
tentu tau, ac milan tumbuh besar dan mendunia dengan campur tangan silvioni
berlusconi (mantan perdana menteri italia), banyak politisasi sepakbola terjadi
di sepakbola italia. Tetapi bedanya ada federasi yang mengambil tindakan tegas
yang di ambil,disini itu tidak terjadi . politik yang masuk telah akut, harus
ada sistem yang baik agar terjadi hasil yang baik. Mengatur,Mengawasi,Meluruskan,Merangkul.
Itu yang harus dilakukan.
Sepakbola
tetap sepakbola. Sepakbola bagai agama baru yang menghipnotis petani , buruh ,
rakyat kecil bangsa ini, yang hanya bahkan mendapat barangkali setetes dari
gaji cristiano ronaldo atau lionel messi, tetapi meluangkan waktu duduk, ngopi
dan menonton bersama masyarakat yang lain. Melepas penat, tertawa, berkumpul,
menjadi komentator dadakan, mencari hiburan rakyat yang gratis, tanpa ada
pencitraan dan sandiwara para politikus. Kita tentu tidak ingin di masa depan,
timnas indonesia, lambang harga diri bangsa, berubah bermacam-macam warna
sesuai aliran politik yang dianut. Seharusnya partai politik mengawal apa yang
kita cita-citakan yaitu pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan mengawal
perkembangan dan iklim sehat kompetisi sepakbola nasional sehingga menjadikan
sepakbola yang berkarakter dan berbicara banyak di asia bahkan dunia tanpa
harus mempolitisasi dan mementingkan kepentingan kelompoknya.
Kita
tentu tidak menginginkan bola bundar itu jatuh ke tangan-tangan kekuasaan yang
korup. Biarlah sepakbola dengan dunia nya sendiri dan biarkan politik berjalan
dengan caranya sendiri pula. Sudah ada tempat yang disediakan. Bola di hijau
rumput, politik di gemerlap kuasa.
Sinar matamu tajam namun ragu,
kokoh sayap mu smua tau,tegap tubuhmu takkan tergoyahkan, kuar jarimu kalau
mencengkram,bermacam-macam suku yang berbeda, bersatu dalam cengkerammu, angin
genit mengelus merah putih ku, yang berkibar sedikit malu-malu, merah membara
tertanam wibawa,putihmu suci penuh kharisma.
Terbanglah garuda ku, singkirkan
kutu-kutu di sayapmu, berkibarlah benderaku, singkirkan benalu di tiangmu,
jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia, bahwa sebenarnya kita mampu,
mentari pagi sudah membumbung tinggi, bangunlah putra-putri ibu pertiwi, mari
mandi dan gosok gigi.
Setelah itu kita berjanji, tadi
pagi , esok hari atau lusa nanti, garuda bukan burung perkutut, sang saka bukan
sandang pembalut, dan coba kau dengarkan, pancasila itu bukanlah rumus kode
buntut, yang hanya berisi harapan, yang hanya berisi khayalan.
Jaya terus sepakbola indonesia, jaya terus
bangsa tanah tumpah darahku.
Penulis
: RIFKI RIZA FIRNANDO (hanyalah mahasiswa tanpa ipeka tinggi yang masih tetap berangan melihat GARUDA
terbang tinggi)