Tanggung
Jawab ( Responsibility )
Setiap bagian atau departemen yang
telah dibentuk atau ditentukan serta dihubungkan melalui garis – garis
kewenangan maupun garis perintah memiliki satu konsekuensi penting lainnya
dalam sebuah organisasi, yaitu apa yang dinamakan sebagai tanggung jawab.
Mereka yang diposisikan dalam suatu bagian tertentu tidak hanya diberikan
kewenangan, namun juga tanggung jawab. Jika kewenangan merupakan kekuasaan
untuk melakukan sesuatu, tanggung jawab justru memberikan arah untuk apa dan
dan kemana semestinya kekuasaan itu dipergunakan. Dengan kata lain, tanggung
jawab mengingatkan orang – orang untuk tidak saja mempergunakan kewenangan yang
dimilikinya. Tapi juga melaporkan apa saja yang telah dilakukan sehubungan
dengan kewenagan yang telah diberikan kepadanya. Apaka kewenangan
yangtelah diberikan misalnya telah mendukung
pencapaian tujuan organisasi atau sebaliknya.
Kadang kala orang – orang melupakan
esensi tanggung jawab sebagai bagian dari jabatan atau tugas yang diemban
ketika menduduki suatu bagian atau departemen tertentu. Pada beberapa kasus,
orang – orang sangat berkeingginan untuk memiliki karier yang bagus untuk
menduduki posisi punca dalam organisasi, lebih didorong karena kewenangannya,
bukan karna tanggung jawabnya. Artinya, jika seseorang tersebut menjadi
pemimpin, maka dirinya berfikir bahwa dangan posisinya sebagai pemimpin maka
dirinya dapat berbuat a,b,c, dan seterusnya. Namun, jika disadari bahwa ketika
dirinya berposisi sebagai pemimpin juga berarti bahwa dirinya harus
mempertanggung jawabkan a,b,c dan seterusnya sesungguhnya menjadi pemimpin atau
berada pada hierarki atas sebuah organisasi bukan merupakan sesuatu yang mudah.
Oleh karena itu, perlu disadari
bahwa setiap bagian dalam organisasi memiliki kewenangan sekaligus juga
tanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, berbagai
persyarat kemampuan tentunya dibutuhkan untuk menduduki posisi – posisi
tertentu dalam sebuah organisasi.
PELIMPAHAN WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB ( DELEGATION )
Adakalnya seseorang yang berada di
suatu posisi memiliki berbagai keterbatasan dalam melakukan suatu pekerjaan.
Keterbatasan ini dapat dilihat dari segi ketersediaan waktu pengerjaan, jumlah
pekerjaan, keahlian yang dimiliki, maupun berbagai factor lainnya. Jika
keterbatasan ini tidak dapat ditanggunglangi olehnya dan akan memperburuk
kinerja organisasi maka perlu dilakukan apa yang dinamakan sebagai wewenang dan
tanggung jawab atau lebih dikenal dengan istilah delegation.
Pelimpahan wewenang pada dasarnya
merupakan proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah atau terlegitimasi
( menurut mekanisme tertentu dalam organisasi ) dalam melakukan berbagai
aktivitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi yang jika tidak
dilimpahkan akan menghambat proses pencapaian tujuan tersebut.
Manfaat pengalihan Wewenang
Terdapat
beberapa manfaat dari pelimpahan wewenang. Yang pertama adalah pelimpahan
wewenang memungkinkan subbagai atau bawahan yang mempelajari sesuatu yang baru
dan memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru tersebut. Keadaan
ini memungkinkan bawahan belajar bertanggung jawab akan sesuatu yang baru.
Manfaat kedua adalah bahwa pelimpahan wewenang mendorong tercapainya keputusan
yang lebih baik dalam berbagai hal. Adanya pelimpahan wewenang terhadap bawahan misalnya dalam hal – hal dimana
bawahan mengetahui keadaannya, akan mendorong hasil yang dicapai dari pekerjaan
tersebut menjadi lebih baik dikarnakan pekerjaan diberikan atau dilimpahkan
kebagian yang lebih mengetahui keadaan yang sebenarnya dilapangan. Yang ketiga
adalah penyelesaian pekerjaan akan lebih cepat
sekiranya pelimpahan wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan
di berikan kepada orang – orang yang bertanggung jawab.
Kendala dalam pelimpahan Wewenang
Sekalipun pelimpahan wewenang
memiliki manfaat, naun juga tidak terlepas dari kendala pelaksanaannya. Staf
yang tidak memiliki kemampuan atau kapabilitas untuk menerima dan menjalankan
sesuatu yang didelgasikan kepadanya justru akan menghambat pencapaian tujuan
kearah yang lebih baik. Disisi lain,pelimpahan wewenang juga akan berdampak
pada kurang bertanggung jawabnya atasan terhadap apa yang semestinya dia
lakukan. Pada beberapa kasus,pelimpahan wewenang sering kali dilakukan bukan
sebagai proses pembelajaran dan pemberian kepercayaan dari atasan kepada
bawahaan. Oleh karena itu,perlu sekali digaris bawahi bahwa pelimpahan wewenang
tidak berarti juga berarti terjadi pelimpahan tanggung jawab. Pelimpahan
wewenang bisa jadi hanya merupakan pelimpahan beberapa hal yang dapat
dikerjakan oleh bawahan kita,akan tetapi tanggung jawab sepenuhnya masih berada
ditangan pihak yang melimpahkan wewenang.
Kunci pokok agar pelimpahan
wewenang efektif
Agar pelimpahan wewenang dapat
berjalan secara efektif,maka ada 3 kunci pokok yang perlu diperhatikan,yaitu pertama adalah kepercayaan manajer
terhadap bawahaan dalam melimpahkan wewenang perlu diiringi dengan pemberian
kebebasan kepada bawahaan untuk menjalankan kewenangan nya menurut caranya
sendiri. Artinya,pelimpahan wewenang akan berjalan efektif apabila pihak yang
diberi wewenang oleh manajer diberikan kebebasan untuk menjalankan
kewenangannya sesuai dengan caranya sendiri. Hal ini disebabkan bahwa setiap
orang memiliki cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Kepercayaan dalam
memberikan limpahan wewenang juga harus diartikan sebagai kepercayan kepada
bawahaan untuk belajar dan bertindak kreatif,maka sebaiknya dibiarkan saja.
Kunci
kedua agar pelimpahaan wewenang berjalan efektif adalah adanya komunikasi
yang terbuka antara manajer dan bawahaan. Keterbukaan dalam berkomunikasi
selain akan memberikan kejelasan akan keinginaan dari kedua belah pihak,juga
akan meminimalkan persepsi – persepsi yang keliru akan berbagai hal yang
terkait dengan pekerjaan.
Kunci
ketiga yang perlu diperhatikan agar pelimpahaan wewenang berjalan secara
efektif adalah kemampuan manajer dalam memahami tujuan organisasi,tuntutan dari
setiap pekerjaan,dan kemampuan bawahaan. Tanpa pemahamaan yang baik mengenai
ketiga hal ini,bisa jadi manajer salah dalam melakukan pelimpahan wewenang.
Sesuatu yang mestinya dilimpahkan misalnya, tidak dilimpahkan dan sebaliknya
sesuatu yang semestinya tidak dilimpahkan justru dilimpahkan.
Selain ketiga kunci pokok tersebut
diatas, stoner memberikan prinsip klasik mengenai dasar agar pelimpahaan
wewenang menjadi efektif. Ketiga prinsip klasik tersebut adalah : (1) prinsip scalar; (2) prinsip kesatuan
perintah; (3) tanggung jawab,wewenang,dan akuntabilitas.
Prinsip scalar ( Scalar Princeple )
Prinsip scalar merujuk kepada
pedoman bahwa dalam sebuah proses pendelegasian atau pelimpahan wewenang,harus
ada garis wewenang yang jelas dari hierarki yang tertinggi hingga hierarki yang
terendah .garis wewenang yang jelas akan memberikan kemudahan mengenai kepada
siapa yang akan memberikan delegasi harus di berikan,siapa yang akan diberikan
delegasi,dan kepada siapa pertanggung jawabkan harus dilakukan .garis wewenang
ini juga dimaksudkan agar terhindar dari ( a ) kesenjangan ( gap ) dimana
tugas-tugas tidak ada yang mengerjakan (
b ) tumpang tindih ( overlaps )dimana tugas tugas saling bertindihan dalam hal
pengerjaannya ; serta ( c ) perintah berganda
( splits of command ) dimana
tugas yang sama di berikan kepada bagian organisasi yang berbeda – beda.
Prinsip kesatuan perintah ( Unity
of command )
Perinsip ini merujuk kepada
pandangan bahwa setiap bahwaan semestinya melapor atau mempertanggung jawabkan
hanya kepada satu atasan yang memberikan kewenangan kepadanya,oleh karena itu
juga,perintah ssemestinya berasal dari satu sumber, agar jelas sapa yang
memberikan kewenangan dan kepada siapa harus di pertanggung jawabkan.
Tanggung jawab, Kewenangan , dan
Pertanggungjawaban
Perinsip ini beranggapan bahwa
pelimpahan wewenang dilakukan untuk memperjelas siapa yang yang akan
bertabnggung jawab atas suatu pekerjaan dan dengan kewenangan seperti apa.
Dengan adanya kejelasan ini,maka proses pertanggung jawaban dari apa yang telah
di legasikan juga akan menjadi lebih mudah dan jelas.
Tindakan agar pelimpahan wewenang
berjalan efektif
Ketiga
kunci pokok sebagai mana di terangkan di atas dapat mendorong pelimpahan
wewenang menjadi lebih efektif jika di iringi oleh beberapa tindakan sebagai
berikut :
PENENTUAN HAL-HAL YANG DAPAT DI
LEGASIKAN.
Manejer
harus mampu membedakan hal-hal yang bisa dan tidak bisa dilegasikan .Termasuk
di dalamnnya juga tujuan dari manajer ketiga malakukan pendelegasikan itu untuk
apa,mengapa,dan seterusnya.
PENETUAN ORANG YANG LAYAK MENERIMA
DELEGASI.
manajer
juga harus mampumenentukan siapa yang memiliki kemampuan untuk menerima
pelimpahan wewenang,Siapa yang mampu ini dapat dilihat dari segi
prilaku,ketersedian waktuu,maupun kesiapannya untuk bekerja sama.
PENYEDIAN SUMBER DAYA YANG DI
BUTUHKAN.
Agar
pelimpahan wewenang berjalan efektif,maka berbagai sumber daya yang di butuhkan
oleh bawahan untuk menjalankan wewenang yang di legasiakn perlu untuk di
sediakan . Sumber daya ini dari mulai informasi,financial,maupun sumber daya
lainnya yang terkait dengan pelimpahan wewenang yang dilakukan.
PELIMPAHAN TUGAS YANG AKAN
DIBERIKAN .
Kadangkala
kekurang percayaan manajer terhadap bwahan justru akan menghambat dalam
keefektifan peklimpahan wewenang oleh karena itu berikan juga tugas yang akan
di limpahkan tersebut sepenuhnya dan jika masih terdapat keraguan , jelaskan
hasil yang ingin di capai dari pelimpahan wewenang tersebut ,dan bukan
caranya.Sebab,cara pengarjaannya sangat berbeda dari satu orang ke orang
lainnya.
INTERVENSI PADA SAAT DI PERLUKAN.
Sudah
menjadi hal yang lumrah jika kadang kala apa yang di legasikan ternyata tidak
berjalan sebagaimana mestinya.Ketika hal tersebut terjadi,maka intervensi
kadangkala di perlukan agar kegiatan yang telah di legasikan berikut
kewenangannya tetap dalam jalur pencapain tujuan organisasi .
SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI
DALAM PENGORGANISASIAN
Sebagai konsekuensi logis adanya
pelimpahan wewenang,maka terdapat dua cara pokok dalam menjalankan fungsi
pengorganisasian.Yaitu dengan cara sentralisasi dan sentralisasi. Sentralisasi merujuk kepada cara
pengorganisasian dimana keseluruhaan tugas, tanggung jawab, dan perintah
dipusatkan dari hierarki yang tertinggi. Dengan kata lain,sentralisasi adalah
pemusatan kekuasaan dan wewenang pada hierarki atas dari suatu organisasi.
Adapun Desentralisai merujuk kepada
konsep pengorganisasian yang memandang bahwa apa yang trjadi di lapangan atau
dalam kenyataan seringkali tidak sesuai dengan apa yang dipahami oleh hierarki
tertinggi dari sebuah organisasi, oleh karena itu perlu ada pembagiaan porsi
dalam hal pengambilan keputusan dan kebijakan yang menyangkut dengan cara
bagaimana organisasi akan dijalankan. Desentralisasi memandang bahwa
dikarenakan hierarki yang dibawah adalah mereka yang akan berhadapan langsung
dengan kenyataan, maka hierarki yang dibawah tersebut perlu diberi lebih
keluasaan untuk bisa memutuskan cara yang terbaik dalam melakukan pekerjaan,
dan tak harus diputuskan dari hierarki yang lebih tinggi kepada hierarki yang
lebih rendah dalam hal pengambilan keputusan dan penentuan dengan cara
bagaimana kegiatan akan dijalankan. Sedangkan sentralisasi memandang bahwa
dikarenakan tujuan organisasi secara keseluruhanperlu dipastikan agar bisa
tercapai, oleh karena itu segala keputusan hingga keputusan dari hierarki yang paling tersebut adalah mereka
yang paling bertanggung jawab akan tercapai tidaknya tujuan dari organisasi
secara keseluruhan.
Sentralisasi vs. Desentralisasi
Berangkat dari pengertian diatas
mengenai sentralisasi dan desentralisasi dalam menjalankan fungsi
pengorganisasian, terdapat beberapa kelebihan dan keterbatasan bagi masing
–masing pendekatan tersebut. Diantara kelebihan pendekatan desentralisasi
adalah kedekatan dengan sasaran, pengetahuan lokal dan dan lapangan, penerimaan
dari pihak sasaran, dan keputusan yang lebih fleksible.
Kekuatan dengan Pihak Sasaran
Pendekatan Desntralisasi
memungkinkan organisasi untuk lebih dekat dengan pihak sasaran. Bagi organisasi
bisnis, jika pendekatan Desentralisasi dilakukan, maka suborganisasi yang
menjalankan perusahaan didaerah akan lebih mudah mengenali pasar sasaran
dibandingkan dengan, misalnya, pihak pusat yang berlokasi ditempat yang berbeda.
Kedekatan dengan ini akan lebih memudahkan organisasi untuk menjawab dari pihak
sasaran.
Pengetahuan Lokal atau Lapangan
Desentralisasi mengambarkan adanya
cara pengorganisasian yang berbasiskan pengetahuan lokal atau lapangan secara
lebih baik. Kita dapat bayangkan jika sebuah perusahaan yang memiliki cabang di
10 kota yang berbeda dengan menggunakan pendekatan yang sama untuk ke sepuluh kota
tersebut. Bisa jadi ada beberapa hal yang mengalami ketidaksuaian dengan
lapangan, karena umunya pendekatan yang sama bagi berbagai tempat lebih
bersifat umum dan belum tentu menyentuh apa yang diperlukan di pasar sasaran
atau di lapangan.
Penerimaan dari Pihak Sasaran
Jika
desentralisasi dilakukan maka perusahaan misalnya, dapat melakukan pendekatan
berdasarkan daerah dimana pasar sasaran yang di tuju. Untuk masyarakat Sumatra
barangkali pendekatan budaya Sumatra perlu dilakukan. Demikian halnya dengan
daerah sasaran lainnya. Pendekatan ini akan membantu perusahaan untuk dapat
lebih diterima oleh pihak sasaran atau pasar sasaran.
Keputusan yang lebih Fleksibel
Sebagai konsekuensi logis dari desentralisasi,
maka keputusan yang diambil oleh organisasi akan lebih fleksibel karena akan
disesuaikan dengan kondisi lokal dimana organisasi tersebut berada.
Selain beberapa hal tersebut
terdapat juga beberapa keterbatasan dari Desentralisasi, misalnya saja
yangterkait dengan kualitas yang mungkin berbeda dari suatu daerah kedaerah
lainnya, biaya yang relatif lebih tinggi dikarnakan adanya adnya berbagai
keragaman dalam hal cara pengelolahan, pengambilan keputusan, yang juga
berdampak kepada aspek pembiayaan yang juga beragam.
Ada beberapa alasan mengapa sebagiian
organisasi masih mempertahankan pendekatan Sentralisasi. Diantara alasan yang
dapat dikemukakan adalah sifat keumuman dari suatu cara pengelolaan, efisiensi
biaya, kesamaan kualitas, serta adanya kemajuan teknologi.
Sifat Keumuman dari cara
Pengelolaan
Organisasi yang masih mempertahan
kan sentralisasi memandang bahwa pada dasarnya cara pengelolaan sebuah
organisasi umumnya sama dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Konsumen
dimanapun menurut kelompok ini dianggap memiliki berbagai kesamaan sekalipun
berada di lokasi yang berbeda – beda. Umumnya konsumen mengingginkan harga yang
lebih murah, kualitas dan pelayanan yang memuaskan. Kesemua itu bersifat umum
di seluruh pasar sasaran.
Efisiensi Biaya
Desentralisasi berarti adanya staf
tambahan, regulasi tambahan, bangunan tambahan dan dengan demikian pula adanya
biaya tambahan. Tambahan biaya ini menyebabkan organisasi cenderung mengalami
inefisiensi. Sedangkan pendekatan sentralisasi – karena adanya pengelolaan langsung
dari pusat atau dari hierarki yang tertinggi
- tidak memiliki konsekuensi – konsekuensi tambahan biaya sebagaimana
dengan sentralisasi dan dengan demikian cenderung untuk lebih efisiensi dari
segi biaya.
Kesamaan kualitas
Sentralisasi dapat menjamin
terpeliharannya kualitas dari apa yang diberikan oleh organisasi. Jika
sentralisasi dilakukan, maka hierarki yang dibawah diharuskan mengikuti
ketentuan yang telah ditentukan oleh hierarki yang lebih atas. Sekalipun
terkesan adanya paksaan, namun hal tersebut mendorong tercapainya kualitas yang
sama dari apa yang diberikan organisasi.
Adanya Kemajuan Teknologi
Akibat adanya kemajuan teknologi,
sentrlisasi tidak terlalu berati lambat dalam berbagai hal.berbagai
keputusan,kebijakan,hingga cara pengerjaan dari organisasi dengan adanya
kemajuan dalam teknologi informasi dapat dilakukan dengan lebih
capat.transformasi informasi dari hierarki tertinggi hingga terendah bisa
dengan cepat di akses seiring adanya penggunaan teknologi informasi yang
berbasis komputer misalnya.
Pendekatan
manakah yang lebih baik antara sentralisasi dengan desentralisasi?
Manajemen
adalah ilmu sosoal ,di mana salah satu karakteristik dari ilmu social adalah
barsifat divergen dan dinamis oleh karenanya,pendekatan dalam ilmu sosial
sangat dinamis,tidak terkecuali juga pendekatan dalam
pengorganisasian.sentralisasi dan desentralisasi tentunya memiliki kelebihan
sekaligus juga keterbatasan,namun demikian beberapa faktor yang biasanya di
jadikan pertimbangan dalam menentukan pendekatan sentralisasi atau desentralisasiyang
dilakukan paling tidak dapat dilihat dari faktor-faktor yang terdiri dari: (1)
biaya dan risiko yang terkait dengan keputusan sentralisasi atau desentralisasi
.kadang kala desentralisasi sekalipun akan memberikan hasil yang lebih baik dan
lebih cepat tetap tidak dapat di jalankan ketika desentralisasi akan
mengakitbatkan naiknya biaya serta risiko yang akan di tanggung oleh
organisasi,terutama organisasi bisnis yang sangat mempertimbangkan sagala aspek
biaya dan risiko.(2)kecenderungan manager dalam memandang
bawahanya.desentralisasi hanya
mungkin dilakukan jika manager beranggapan bahwa bawahanya memiliki kapasitas
dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang akan dilimpahkan.kepercayaan manager
terhadap bawahan akan sangat apakan desentralisasi akan dilakukan atau
tidak,(3)budaya organisasi .budaya organisasi yang dibangun perusahaan sangat
menentukan apakah perusahaan tersebut siap untuk menjalankan desentralisasi
ataukah justru sebaliknya.bersifat bottom-up,dan
kemudian perusahaan memberikan porsi
yang lebih luas bagi pengembangat para pekerjanya dari hierarki yang tertinggi
hingga terendah, maka desentralisasi barangkali bukan merupakan pilihan yang
sulit untuk dijalankan .sebaliknya sekiranya perusahaan lebih terbiasa menghasilkan
keputusan yang sifatnya top-down,
dan segala kebijakan selalu menunggu dari hierarki yang tertinggi untuk
kemudian dijalankan ,maka desentralisasi merupakan pilihan yang sulit untuk
dijalankan. (4)kemampuan dari manager level bawah atau bawahan untuk menjalankan
tanggung jawab sekiranya desentralisasi dilakukan .kadangkala sekalipun manager
memiliki perhatian bagi pengembangan tenaga kerjanya ,ketidaksiapan bagi
bawahan justru juga dapat menghambat pilihan untuk melakukan
desentralisasi.tenaga kerja yang cenderung memiliki karakteristik bertipe
–X,sebagai mana menurut kategorinya McGregor,maka agak sulit untuk menjalankan
system desentralisasi.
MENDESAIN PEKERJAAN ( JOB DESIGN )
Jika pilihan car pengorganisasian
telah dilakukan apakah bersifat sentralisasi atau desentralisasi, bagian dalam
organisasi telah ditetapkan apakah bersifat lini, staf maupun fungsional
sebagaimana telah di gambarkan oleh struktur organisasinya. Maka langkah
berikutnya adalah bagaimana pekerjaan berikutnya adalah bagaimana pekerjaan menurut
bagian – bagiannya tersebut didesain untuk pekerjaan oleh orang – orang
tertentu yang telah ditetapkan.
Sebagimana telah diterangkan dalam
bab sebelumnya bahwa salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan dalam fungsi
pengorganisasian adalah adanya pembagian kerja atau job design. Desain
pekerjaan pada dasarnya merupakan pembagian kerja – kerja yang akan dilakukan
organisasi kepada seluruh anggota organisasi.
Stoner, Freeman, dan Gilbert ( 1995
) menjelaskan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam melakukan Design pekerjaan,
yaitu pendekatan Mekanis, pendekatan Motivasi, Pendekatan Biologis. Ketiga
pendekatan ini digunakan secara berbeda – beda untuk berbagai jenis organisasi
dan pekerjaan yang berbeda – beda pula.
Pendekatan Mekanis
Menurut pendekatan ini, pekerjaan
dibagi berdasarkan beban pekerjaan apakah yang bersifat rutin atau tidak rutin.
Setelah pekerjaan dibagi menjadi rutin dan tidak rutin, maka selanjutnya orang
– orang dalam perusahaan dapat ditempatkan sesuai dengan design pekerjaan yang
telah dibuat tersebut. Ada yang ditempatkan untuk pekerjaan – pekerjaan yang
rutin dan ada pula yang tidak. Karena sifat kerutinan ,mak dikenal dengan
istilah mekanis, karena mekanis menuju kepada cara kerja mesin yang cenderung
dan tetap. Seorang yang bertugas hanya menyetrika baju yang telah jadi dalam
perusahaan garmen adalah salah satu pekerjaan contoh pekerjaan di bagi
berdasarkan pendekatan Mekanis. Tugas Menyetrika baju tersebut cenderung tetap
dan monoton selama perusahaan tersebut menjalankan bisnis yang sama. Pekerjaan
– pekerjaan yang sifatnya teknis operasional adalah contoh – contoh lain
pekerjaan yang dibagi berdasarkan pendekatan Mekanis.
Pendekatan
Motivasi
Menurut pendekatan ini, pekerjaan
harus pula didesain dan dibagi berdasarkan motif yang berbeda – beda yang
dimilik oleh para pekerja. Pekerja yang memiliki motivasi yang tinggi untuk
melakukan kontak social barangkali dapat ditempatkan dalam pekerjaan dibagian
pemasaran atau yang terkait dengan hubungan masyarakat. Pekerjaan yang memiliki
motivasi yang tinggi untuk melakukan inovasi mengenai produk barangkali dapat
diberikan pekerjaan di bagian riset dan pengembangan dan seterusnya. Selain
pembagian pekerjaan ini dilakukan berdasarkan motif dari setiap pekerjaan,
pekerjaan ini dimaksudkan agar pekerjaan yang rutin dan mekanis menjadi sesuatu
yang memotivasi para pekerja agar menjadi lebih baik dengan pekerjaannya.
Sehingga sekalipun pekerjaan yang dilakukan katakanlah bersifat monoton dan
mekanis, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi para pekerja
dalam menjalankannya. Diantara pekerjaan yang dilakukan adalah apa yang
dimanakan sebagai job enlargement dan job enrichment. Job enlargement atau
peluasan pekerjaan adala h upaya yang dilakukan oleh manajer dengan memperluas
pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pekerja pada level kerja yang
sama menjadi satu pekerjaan. Misalnya saja – kembali ke bisnis restoran – para
pelayan yang biasanya mencatat menu saja, pekerjaannya dikombinasikan dengan
mengambil makanan, membersihkan piring – piring bekas pelanggan, sehingga
pekerja tersebut tidak mengalami kebosanan dan mengalami dinamika secara lebih
baik dalam pekerjaannya. Adapun job enrichment atau pemerkayaan pekerjaan
merupakan perluasan kesempatan dari seorang pekerja untuk melakukan suatu
pekerjaan yang berbeda atau mungkin lebih luas dari pekerjaan semula. Salah
satu tindakan yang dapat dilakukan misalnya dengan melakukan job rotation atau
rotasi tenaga kerja. Kita tempatkan tenaga kerja kita pada posisi yang berbeda
– beda menurut periode waktu yang berbeda – beda pula. Hal ini dilakukan agar
pekerja tidak merasa bosan atas pekerjaannya dan pada saat yang sama
mendapatkan kesempatan untuk memiliki pengalaman baru melaui pekerjaan tugas –
tugas yang lain.
Berangkat dari hal tersebut, maka
upaya job enrichment dan job enlargement terkait dengan upaya yang dilakukan
oleh menejer terkait dengan pengembangan para tenaga kerjanya sehingga selain
mereka dapat bekerja bagi perusahaan, juga motivasi mereka untuk mendapatkan
keadaan yang lebih baik dapat diakomodasi oleh perusahaan. Pembahasan mengenai
hal tersebut akan lebih panjang diuraikan dalam bab selanjutnya mengenai
menajemen sumber daya manusia.
Pendekatan Biologis
Menurut pendekatan ini, pekerjaan
juga harus di desain sedemikian ruap agar mempertimnbangkan aspek biologis dari
para tenaga kerja atau orang – orang yang ada dalam organisasi. Faktor faktor
yang terkait dalam aspek biologis dari tenaga kerja adalah faktor keamanan
Gender ( yang terkait dengan isu pelecehan seksual ), keamanan lingkungan (
ventilasi yang baik dalam ruangan tempat kerja ), serta berbagai isu lainnya.
Ketiga pendekatan tersebut pada
praktiknya dijadikan pertimbangan oleh perusahaan secara bersamaan ketika
mereka akan mendesain dan menetapkan pekerjaan – pekerjaan yang akan dijalankan
dalam sebuah perusahaan. Lebih lanjut lagi adalah bagaimana kemudian organisasi
atau perusahaan mendapatkan orang – orang untuk menepati jenis – jenis
pekerjaan yang berbeda menurut bagian – bagian yang berbeda dalam sebuah
perusahaan ? pembahasan mengenai hal ini akan dibhas dalam bab selanjutnya
mengenai menajemen sumber daya manusia sebagai ujung dari fungsi
pengorganisasian.
akhirnya ktemu juga nih.. buat bahan tugas..
BalasHapusizin copas ya?? hehehe
tenang aja.. pasti direferensikan kok!
makasih...
terima kasih ya, ini sangat membantu saya....
BalasHapus